Minggu, 16 April 2017

Tantangan Kurikulum dan Pembelajaran di Abad 21



Tantangan Kurikulum dan Pembelajaran di Abad 21
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Kurikulum dan Pembelajaran Matematika”

DISUSUN OLEH :
1.      Rizky Diah Pratiwi
2.      Rosari Indah Safitri
3.      Selly Dian Utami Sitio
4.      Upika Rizkie
5.      Yurika Mariani

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Elly Susanti, S.Pd., M.Pd.
PENDIDIKAN MATEMATIKA
PRODI MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Daftar Isi



Tantangan Kurikulum dan Pembelajaran di Abad 21

LATAR BELAKANG

Kondisi dunia sekarang dan perkiraan di Abad ke -21
Prof. Michio Kaku, pengarang buku “Physics Of The Future” dan seorang pengajar di City University of New York, menjelaskan dalam bukunya mengenai apa yang kira-kira akan terjadi di penghujung abad 21 yaitu antara lain:
A.    Prosesor komputer akan di semua benda di sekeliling kita (baju, meja, cermin, tempat tidur, tas, kaca mata dll) bahkan bisa ditaruh di dalam tubuh manusia, semua perangkat itu akan terhubung dengan internet sehingga bisa berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Dengan kondisi itu maka akan ada kendaraan tanpa supir, lingkungan virtual, hologram, dan kita bisa menggerakkan sesuatu dengan hanya berpikir.
B.     Robot akan menjadi bagian dari kehidupan manusia dimana mereka akan banyak melakukan kerja untuk menggantikan tugas manusia.
C.     Peta tubuh manusia sudah dapat digambarkan (DNA, Kromosom, Gen) sehingga manusia bisa lebih panjang umur dan menghadapi segala penyakit yang ada.
D.    Kendaraan sudah tidak menyentuh darat, semua melayang dan tidak menggunakan bahan bakar cair lagi. Perjalanan ke bulan dan planet lain sudah dapat dilakukan.
Dikutip dari artikel guntur tri hariyanto, Perkembangan kondisi lingkungan tempat kita hidup saat ini boleh dikatakan perubahannya berada dalam kondisi yang memusingkan bagi organisasi-organisasi. Hadirnya teknologi-teknologi baru, krisis lingkungan dan ekonomi, terintegrasinya pasar, dan ketidakstabilan sosial dan politik, menghadirkan kesempatan dan ancaman bagi organisasi-organisasi. Aturan-aturan tradisional yang sebelumnya berlaku dalam organisasi-organsisasi, saat ini semakin bergeser menuju keusangan.
Teknologi-teknologi baru dalam bidang informasi dan komunikasi secara dramatis semakin cepat perkembangannya, demikian juga kekuatan komunikasi semakin powerful dan semakin murah pula harganya. Terintegrasinya pasar-pasar di seluruh dunia membuat semakin terkikisnya kekuatan kebijakan nasional negara-negara yang kemudian bergeser kepada peraturan-peraturan trans-nasional yang akan mengatur jalannya pasar-pasar global.
Banyak sekali perubahan yang telah dan sedang terjadi dalam abad 21 ini, dimana perubahan ini terjadi secara global dan juga mendasar. Hal tersebut memberikan kondisi yang ketidakseimbangan bagi banyak organisasi di dunia ini. Bagi organisasi jangan berharap banyak dapat setelah mencapai tingkat keseimbangan kembali menjadi berpuas diri, karena abad ini memiliki karakter perubahan yang semakin lama semakin cepat, sehingga ketika suatu organisasi telah mencapai kondisi yang diinginkan dari perubahan sebelumnya, perubahan baru telah terjadi dan semakin cepat lajunya.
Dikutip dari Kompasiana,  Revolusi yang terjadi di bidang informasi dengan hadirnya Internet dan telpon seluler telah membawa perubahan yang luar biasa pada berbagai bidang kehidupan termasuk pendidikan. Revolusi ini melahirkan suatu era baru yang dikenal sebagai era digital.
Marc Prensky (2001) menyebut generasi yang lahir pada era digital ini sebagai digital native, sementara yang lahir pada generasi sebelumnya namun akrab dengan teknologi digital disebut digital immigrant. Menurut Prensky, generasi digital native adalah mereka yang sejak lahir telah dilingkupi oleh berbagai macam peralatan digital seperti komputer, videogame, digital music player, kamera video, telpon seluler serta berbagai macam boneka dan perangkat yang khas era digital. Mereka sangat fasih dengan bahasa teknologi digital dan Internet.

Alasan  untuk Mempersiapkan Kurikulum dan Pembelajaran Abad 21
Hasil Study Bank Dunia Tahun 2005 menyatakan bahwa faktor yang menentuan keunggulan suatu negara adalah kemampuan berinovasi dn berkontribui (45%), faktor keuggulan lainya adalah networking(25%), teknologi(20%), kekayaan SDA(10%).
Dalm Website partnership for century skillyang menyatakan bahwa suatu pendidikan tidak akan relevan jika tidak menjembatani jurang antara realita kehidupan yang akan dihadapi di abad ke21 dengan sistem pendidikan.
Lalu pertanyaannya adalah sekolah seperti apakah yang diperlukan untuk dunia pendidikan abad 21? Secara sederhana dapat dikatakan bahwa sesuai dengan lingkungan pertumbuhan anak-anak era digital dan tuntutan dunia kerja di masa depan yang akan sangat berbeda dengan yang sekarang ada, maka sekolah abad 21 harus menyertakan dan memperhitungkan keahlian-keahlian abad 21 di dalam kurikulumnya demi memenuhi harapan dan kebutuhan para siswa era digital ini. Secara umum, keahlian yang harus dikuasai dan dimiliki oleh siswa era digital adalah keahlian di bidang informasi dan komunikasi, keahlian berpikir dan memecahkan masalah, keahlian interpersonal dan pengarahan diri (self- directional). Keahlian-keahlian ini sejatinya telah tercakup dalam kurikulum standar dunia pendidikan dewasa ini, namun dalam abad 21, keahlian- keahlian ini semakin jauh berkembang (meluas) dari yang ada di masa lalu.




1)   Pendidikan Kecakapan Hidup dan tantangan kurikulum dan pembelajaran Abad 21

A.     Kecakapan Hidup

Pendidikan adalah proses realisasi diri dimana seorang individu merealisasikan dan mengembangkan semua potensinya. Pendidikan dapat berlangsung di setiap saat dan di segala tempat. Setiap orang baik anak-anak maupun orang dewasa mengalami proses pendidikan lewat apa yang dijumpai atau apa yang dikerjakan.Pendidikan bila dikaitkan dengan pembahasan kecakapan hidup (lifeskills) difokuskan pada sekolah dan sistem persekolahan, berangkat dari universalisasi yang terus meluas dan meningkat. Kecakapan hidup, terutama kecakapan hidup sehari-hari (day to day life skills) semakin dirasakan pentingnya bagi kehidupan personal dan kolektif yang sering kali berhadapan dengan fenomena kehidupan dengan berbagai persoalan di tingkat pribadi,lokal, nasional, regional dan global.
Secara harfiah kata “skills” dapat diterjemahkan dengan“ketrampilan” namun dalam konteks ini maknanya menjadi terlalu sempit atau konsepnya kurang luas dari makna yang sebenarnya. Oleh karena itu kata yang dipandang lebih memadai untuk menerjemahkan kata skills dalam konteks ini adalah “kecakapan”. Pendidikan kecakapan hidup atau life skills menurut tim broadbased education Depdiknas (2002) adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara pro aktifdan kreatif dapat mencari serta menemukan solusi untuk mengatasinya.Konsep tentang life skills merupakan salah satu fokus analisis didalam pengembangan kurikulum pendidikan yang lebih mengedepankan pada kecakapan untuk hidup atau bekerja.
            Upaya peningkatan mutu pendidikan telah lama dilakukan dalam setiap GBHN dan Repelita selalu tercantum bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Berbagai program dan inovasi pendidikan juga telah dilaksanakan antara lain: tentang penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku, peningkatan kualitas tenaga kependidikan, melalui berbagai pendidikan dan pelatihan, peningkatan kualitas manajemen serta pengadaan fasilitas lainnya.Berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan kita masih belum meningkat; bahwa NEM SD sampai SMU relatif masih rendah dan
lulusan SMK belum memiliki kesiapan kerja. Dari dunia usaha atau industri muncul keluhan bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang baik.
            Salah satu konsep yang sangat sentral dari program pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan diharapkan mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul karena itu pendidikan harus dapat mensinergikan berbagai pelajaran menjadi sebuah kecakapan atau keterampilan hidup dengan harapan bahwa para lulusan itu nantinya akan mampu memecahkan masalah-masalah yang sedang dan akan ia hadapi. Konsep dasar life skills di sekolah merupakan sebuah wacanapembangunan kurikulum yang telah lama menjadi perhatian para pakarkurikulum. Peran life skills dalam sistem sekolah merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan kurikulum pendidikan yaitu yang lebih menekankan pada kecakapan hidup atau bekerja untuk mewujudkannya perlu penerapan prinsip pendidikan berbasis luas, yang memiliki titik tekan pada
learning how to learn”.
            Departemen pendidikan Nasional membagi pendidikan kecakapan hidup menjadi empat jenis, yaitu:
1.Kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berfikir rasional (thinking skills)
Kecakapan mengenal diri sendiri (self awareness) atau kecakapan personal
(personal skills) yang meliputi:
a.Penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggotamasyarakat dan warga
negara.
b.Menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekaligus
menjadikannya sebagai model dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.
Kecakapan berfikir rasional (thinking skills) mencakup konsep yang
meliputi:
a.Kecakapan untuk menggali dan menemukan informasi (informationsearching)
b.Kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan(information processing and
decision making skills) serta
c. Kecakapan untuk dapat memecahkan masalah secara kreatif (creativeproblem solving
skills).
2. Kecakapan sosial atau kecakapan interpersonal (social skills) mencakup:
a. Kecakapan untuk dapat berkomunikasi dengan empati(communication)
b. Kecakapan untuk bisa bekerja sama (collaboration skills)
3. Kecakapan akademik (academic skills) sering kali disebut juga dengan kemampuan untuk berpikir ilmiah. Pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir rasional yang masih bersifat umum, karena kecakapan akademik sudah lebih mengarah kepada kegiatan
yang bersifat akademik atau keilmuan. Kecakapan akademik mencakup antara lain:
a. Kecakapan untuk melakukan identifikasi variabel dan menjelaskanhubungannya pada suatu
fenomena tertentu (identifying variable anddescribing relationship among then)
b. Merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian (constructing hypotheses)
c. Serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikansuatu gagasan atau
keingintahuan (designing and implement tingresearch).
4. Kecakapan vokasional (vocational skills) yang sering disebut juga dengan kecakapan kejuruan yang artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.Hal tersbut sesuai dengan penjelasan dari UUSPN No. 20 Tahun 2003 pasal 15 yg berbunyipendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana. Pada kecakapan ini tidak mencakup berbagai bagian seperti dalam kecakapan mengenal diri sendiri,kecakapan sosial dan kecakapan akademik, tetapi lebih pada kekuatan danpotensi pengembangan kecakapan vokasional yang terletak pada hubunganberlangsungnya proses pengembangan atau pembekalan dan peluang daya serap lulusan (kebutuhan pasar).

2. Tujuan dan Fungsi pendidikan kecakapan hidup (life skills)
Secara umum tujuan pendidikan kecakapan hidup yaitu untukmemfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya yaitu untuk mengembangkan potensi manusiawi (peserta didik) untuk menghadapi peranannya di masa yang akan datang.
Tujuan dari orientasi pengembangan life skills adalah untuk memberikan pengalaman belajar yang berarti bagi peserta didik yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan di dalam kehidupan sehari-hari.Jadi lebih menekankan pada proses sosial, fungsi sosial serta masalah kehidupan.
Adapun tujuan pendidikan kecakapan hidup secara khusus adalah :
1) Dapat mengaktualisasikan potensi dari peserta didik sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan problema-problema yang sedang dihadapi.
2) Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkanpembelajaran yang
fleksibel, sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas (broad based education)
3) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah,dengan memberi peluang
pemanfaatan sumber daya yang ada dimasyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah
Selanjutnya fungsi-fungsi dari pendidikan kecakapan hidup yang
masih bersifat umum yaitu :
1) Dapat berperan aktif di dalam mengembangkan kehidupan sebagaipribadi.
2) Mengembangkan kehidupan untuk masyarakat.
3) Dapat mengembangkan kehidupan untuk berbangsa dan bernegara.
4) Bisa mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan yanglebih tinggi.

B.     Tantangan kurikulum Abad 21 dan Tantangan Profesionialitas Siswa dan Guru


1.   Tantangan Kurikulum Abad 21


Kurikulum dan Pembelajaran Abad 21
                    Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran. Secara sederhana pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membelajarkan peserta didik yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada pendidik, karena pendidik merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk mengajar.
          Penyelenggaraan pendidikan nasional sesuai dengan amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional “harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global”. Dinyatakan pada pasal 36 ayat 3 bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan;  tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta dinamika perkembangan global.
          Pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Namun, Abad ke-21 adalah abad yang sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa disegala bidang.pada abad ini, terutama bidang Information and Communication Technology (ICT) yang serba sophisticated membuat dunia ini semakin sempit.Karena kecanggihan  teknologi ICT  ini beragam informasi dari berbagai sudut dunia  mampu diakses dengan instant dan cepat oleh siapapun dan dari manapun. Komunikasi antar personal dapat dilakukan dengan mudah, murah kapan saja dan di mana saja.
Namun demikian, pada abad ke-21 ini permasalahan yang dihadapi manusia semakin complicated dan ruwet, salah satunya adalah kesenjangan mutu pendidikan antar kawasan dan lain sebagainya. Setiap masalah tersebut membutuhkan pemecahan  yang harus dilakukan masyarakat secara bersama sama (collaboration). Kompleksitas permasalahan pada abad ini juga terletak pada tidak berdayanya manusia mencari sumber dan penyebab permasalahannya secara tepat dan cepat. Di samping itu juga kapan timbulnya permasalahan sering tidak mampu diprediksi (unpredictable) dan tidak terduga sebelumnya. Pada akhirnya banyak permasalahan masyarakat tidak mampu diselesaikan secara efektif dan efisien.
            Mulai dari kemajuan Information and Communication Technology dan beragam dampak positif negatifnya, semakin kompleksnya permasalahan manusia, dan kita berada pada era kompetitif yang semakin ketat pada abad ke-21 ini, dibutuhkanlah persiapan yang matang dan mantap baik konsep maupun aplikasinya untuk membentuk sumber daya manusia (human resources) yang unggul. Dan yang paling bertanggung jawab dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul adalah lembaga-lembaga pendidikan di mana guru sebagai unsur yang berperan paling dominan dan menentukan .Hal inilah yang membuat guru memikul tanggung jawab yang tidak ringan  dalam upaya peningkatan sumber daya manusia.
Guru merupakan profesi tertua di dunia seumur dengan keberadaan manusia. Apabila melihat kehidupan masyarakat yang semakin terdiferensial dan ketika semua orang mempunyai banyak pilihan sebagai ladang kehidupannya, maka citra profesi guru kian merosot didalam kehidupan sosial. Apalagi masyarakat makin lama makin terarah kepada kehidupan materialistis, sehingga suatu profesi dinilai sesuai nilai materinya. Oleh sebab itu tidak heran bila profesi guru termarjinalkan dan menjadi pilihan terakhir.
Fenomena tersingkirnya profesi guru dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu gejala global. Bukan saja di negara-negara maju citra profesi guru semakin menurun namun juga terjadi di negara miskin dan berkembang. Namun demikian, tak ada golongan masyarakat yang tidak membutuhkan profesi guru. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat tanpa profesi guru tidak mungkin tercipta suatu generasi unggul, kreatif dan cerdas. Ironi yang terjadi, begitu besarnya jasa guru dalam membangun masyarakat bangsa namun penghargaan yang diberikan rendah. Sehingga tidak mengherankan bila para pakar berpendapat bahwa profesi guru merupakan “Most thankless profession in the world ”.
Secara konseptual guru sebagai tenaga profesional harus memenuhi berbagai persyaratan kompetensi untuk menjalankan tugas dan kewenangannya secara profesional, sementara kondisi riil di lapangan masih sangat memprihatinkan, baik secara kuantitas, kualitas maupun profesionalitas guru. Persoalan ini masih ditambah adanya berbagai tantangan ke depan yang masih kompleks di era global ini.
Secara umum, sebagaimana diungkapkan oleh Tilaar (1995), pada masa Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II, masyarakat tidak dapat lagi menerima guru yang tidak profesional. Hal ini sesuai dengan rekomendasi UNESCO, yang ditekankan pada tiga tuntutan yaitu:
Guru harus dianggap sebagai pekerja profesional yang memberi layanan kepada masyarakat.
Guru dipersyaratkan menguasai ilmu dan keterampilan spesialis
Ilmu dan keterampilan tersebut diperoleh dari pendidikan yang mendalam dan berkelanjutan.
Bertitik tolak dari rekomendasi tersebut serta profil guru pada saat ini, seharusnya guru pada abad 21 benar-benar merupakan guru yang profesional, agar mampu menghadapi tantangan abad 21. Untuk itu, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial, serta kompetensi pedagogik seorang guru perlu dikembangkan sehingga mampu mendidik siswa yang mempunyai kemampuan memprediksi dan menanggulangi.
Di sisi lain, tugas-tugas guru yang bersifat profesional harus ditunjang oleh sistem penghargaan yang sesuai, sehingga guru mampu memfokuskan diri pada peningkatan kualitas layanan yang diberikan. Hal ini sejalan dengan kriteria pekerjaan profesional yang menyebutkan bahwa guru berhak mendapat imbalan yang layak, bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk penghargaan, hormat, dan rasa segan masyarakat terhadap guru.
Materi pembelajaran yang diajarkan pada abad 21 perlu dilengkapi dengan contoh-contoh yang relevan dari dunia abad 21; siswa harus mampu melihat keterkaitan antara apa yang mereka pelajari dengan kenyataan yang mereka lihat pada lingkungan di sekitar mereka. Siswa mesti mendapatkan dan menggunakan perangkat atau piranti-piranti yang mereka perlukan yang dapat menggambarkan lingkungan pekerjaan yang nyata agar mereka mendapatkan keahlian-keahlian yang diperlukan pada level yang tinggi sebagaimana yang diharapkan dari mereka untuk menghadapi tantangan abad 21 (Barriors: 8).
Untuk itu maka, sekolah abad 21 harus mengintegrasikan teknologi (laptop, notebook, ipad, smartboard, termasuk internet) ke dalam seluruh proses pembelajarannya. Sekolah abad 21 harus menyediakan suatu lingkungan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan sikap ingin tahunya, mengajarkan ketrampilan-ketrampilan yang bermanfaat untuk kehidupan siswa di masa depan dan memungkinkan mereka untuk mempraktekan kemampuan untuk bekerja secara kolaboratif di dalam tim untuk mencari tahu, memecahkan masalah, membuat dan mengkomunikasikan hasil pekerjaan mereka melalui wadah dan bentuk yang paling sesuai dengan kondisi dan kapasitas anak abad 21 yang digital-based. Oleh karena itu, maka, model pembelajaran yang paling sesuai untuk sekolah abad 21 adalah pembelajar berbasis laptop.
Pembelajaran berbasis laptop artinya laptop digunakan sebagai media utama pembelajaran. Agar penggunaannya maksimal, maka perlu ditunjang dengan ketersediaan jaringan internet yang memadai di sekolah. Pembelajaran berbasis laptop yang terintegrasi jaringan internet menuntut penyesuaian peran guru di dalam seluruh proses pembelajaran. Peran guru pada sekolah abad 21 beralih dari menjadi sumber informasi tunggal ke pendamping atau mentor bagi para siswa. Namun mereka tetap diharapkan menjadi model dan pendorong bagi para siswanya dalam mencari dan menguasai ilmu pengetahuan. Itu berarti guru dituntut untuk semakin aktif dan kreatif, menjadi contoh hidup bagi para siswa bagaimana seharusnya menjadi pembelajar lalu kemudian menjadi manusia berilmu itu.

2.      Tantangan Profesionalitas Siswa dan Guru


Sesuai dengan Undang-undang, guru dan dosen harus mempunyai berbagai kompetensi, diantaranya adalah kompetensi pedagogik, kompetensi akademik, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Disamping empat kompetensi tersebut, dalam membantu para siswa beradaptasi terhadap perubahan sosial dan teknologi di abad ke 21 ini guru juga harus mempunyai kecakapan utama yang yang meliputi:
a. Akuntabilitas dan Kemampuan Beradaptasi
Sebagai seseorang yang dapat ditiru, apapun yang dikerjakan dan diucapkan harus dapat dipercaya oleh orang lain. Dalam menjalankan tanggung jawab pribadi mempunyai fleksibilitas secara pribadi, pada tempat kerja, maupun dalam hubungan dengan masyarakat sekitarnya. Disamping itu guru harus mampu menetapkan dalam mencapai standar dan tujuan yang tinggi baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, dan yang tidak kalah npentingnya guru juga harus mampu memaklumi kerancuan yang dilakukan oleh anak didiknya.
b. Kecakapan Berkomunikasi
Kecakapan yang kedua ini sangat penting bagi guru. Betapapun pintarnya seorang guru jika tidak mempunyai kecakapan ini maka tidak akan mampu mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Kecakapan ini meliputi : memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi baik secara lisan, tulisan, maupun menggunakan multimedia.
c. Kreatifitas dan Keingintahuan Intelektual
Selama ini pembelajaran yang dilakukan guru berlangsung monoton. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya kreatifitas dan keingintahuan intelektual guru. Dia mengajar hanya bermodalkan teori keguruan yang ia peroleh sekian puluh tahun yang lalu. Kecakapan kreatifitas dan keingintahuan intelektual tersebut mencakup : mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
d. Berpikir Kritis dan Berpikir dalam Sistem
Kecakapan berpikir kritis merupakan proses berpikir dan bertindak berdasarkan fakta yang telah ada, apapun yang akan dilakukan dimulai dari identifikasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dari suatu perbuatan tersebut, berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit serta selalu memahami dan menjalin interkoneksi antara sistem.
e. Kecakapan Melek Informasi dan Media
Agar proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas menarik dan menantang, maka di era globalisasi dan tanpa batas seperti sekarang ini guru harus mampu menganalisa, mengakses, mengelola, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan informasi dalam berbagai bentuk dan media.
f. Kecakapan Hubungan AntarPribadi dan Kerjasama
Sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru juga dituntut harus mampu menunjukkan kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, mampu beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, mampu bekerja secara produktif dengan yang lain, mampu menempatkan empati pada tempatnya, serta mampu menghormati perspektif yang berbeda dengan pendiriannya.
g. Identifikasi Masalah, Penjabaran, dan Solusi
Dalam menghadapi masalah sekecil apapun guru tidak boleh ceroboh dalam menanggapinya. Oleh sebab itu guru dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam menyusun, mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah dengan baik.
h. Pengarahan Pribadi
Sebagai guru tentu setiap harinya menghadapi siswa yang perilakunya bermacam-macam. Oleh karena itu guru dituntut memiliki kemampuan dalam memonitor pemahaman diri dan mempelajari kebutuhan yang diperlukan dalam pembelajaran, menemukan sumber-sumber belajar yang tepat, serta mentransfer pembelajaran dari satu bidang ke bidang lainnya.
i. Tanggung Jawab Sosial
Orang tua/masyarakat menyekolahkan anaknya di suatu sekolah mempunyai harapan agar anaknya berubah, baik dari segi prilaku maupun kecakapan kompetensinya. Oleh sebab itu sebagai seorang yang dituntut mempunyai kompetensi sosial, maka tanggung jawab dalam bertindak guru harus mengutamakan kepentingan masyarakat yang lebih besar, menunjukkan perilaku etis secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan antar masyarakat.
Setidaknya ada empat yang harus dimiliki oleh generasi abad 21, yaitu: ways of thingking, ways of working, tools for working and skills for living in the word. Bagaimana seorang pendidik harus mendesain pembelajaran yang akan menghantarkan peserta didik memenuhi kebutuhan abad 21.
Berikut kemampuan abad 21 yang harus dimiliki peserta didik, yaitu:
1.             Way of thinking, cara berfikir yaitu beberapa kemampuan berfikir yang harus dikuasai peserta didik untuk menghadapi dunia abad 21. Kemampuan berfikir tersebut diantaranya: kreatif, berfikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan pembelajar.
2.             Ways of working. kemampuan bagaimana mereka harus bekerja dengan dunia yang global dan dunia digital. beberapa kemampuan yang harus dikuasai peserta didik adalah communication and collaboration.  Generasi abad 21 harus mampu berkomunikasi dengan baik, dengan menggunakan berbagai metode dan strategi komunikasi. Juga harus mampu berkolaborasi dan bekerja sama dengan individu maupun komunitas dan jaringan. Jaringan komunikasi dan kerjasama ini memamfaatkan berbagai cara, metode dan strategi berbasis ICT. Bagaimana seseorang harus mampu bekerja secara bersama dengan kemampuan yang berbeda-beda.
3.             Tools for working. Seseorang harus memiliki dan menguasai alat untuk bekerja. Penguasaan terhadap Information and communications technology (ICT) and information literacy merupakan sebuah keharusan. Tanpa ICT dan sumber informasi yang berbasis segala sumber akan sulit seseorang mengembangkan pekerjaannya.
4.             Skills for living in the world. kemampuan untuk menjalani kehidupan di abad 21, yaitu: Citizenship, life and career, and personal and social responsibility. Bagaimana peserta didik harus hidup sebagai warga negara, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan sosial.

2)   Keterampilan Melek Teknologi dan Informasi


Guru untuk mengajar abad ke-21 secara efektif, maka pemerintah harus mengembangkan guru dengan rencana yang kaya akan strategi pembelajaran, dengan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana pembelajaran terlaksana, kemampuan untuk bekerja secara kolaboratif, keterampilan yang kuat dalam teknologi dan kemampuan untuk menggunakan teknologi sebagai alat pembelajaran.
Makna dari Melek Teknologi dan Informasi
           Keterampilan melek informasi adalah serangkaian kemampuan untuk menyadari kebutuhan informasi dan kapan informasi dibutuhkan, mengidentifikasi dan menemukan lokasi informasi yang dibutuhkan, memanfaatkan informasi secara kritis dan etis, kemudian mengkomunikasikannya secara efektif dan efisien. Keterampilan melek informasi juga berhubungan dengan kemampuan untuk memecahkan. Siswa yang mempunyai keterampilan melek informasi adalah siswa yang independent dan competent, yang dapat beradaptasi dengan perubahan apapun secara mandiridanfleksibel.
Teknologi Pendidikan Internasional Association (ITEA) mendefinisikan melek teknologi sebagai kemampuan untuk "menggunakan, mengelola, menilai dan mengerti teknologi" (2000/2002/2007, hal. 9). Demikian pula, National Academy of Engineering (NAE) dan Dewan Riset Nasional menggambarkan melek teknologi yaitu mencakup "tiga dimensi saling tergantung - pengetahuan, cara berpikir dan bertindak, serta kemampuan" (Pearson et al, 2002, hal 33..).
Manfaat mempunyai keteramapilan melek teknologi dan informasi?
            Manfaat keterampilan melek teknologi dan informasi  adalah dapat membiasakan siswa untuk selalu belajar untuk meneliti sesuatu dengan menggunakan strategi ilmiah, mengajak mereka untuk rajin membaca dan menulis untuk menambah pengetahuan, wawasan, maupun kecerdasan siswa sebagai bekal menuju manusia berkualitas.










3.     Pendekatan berbasis Student Center Learning

Pembelajaran yang berpusat pada siswa/peserta didik memiliki beberapa karakter yang sering di sebut sebagai 4C, yaitu:
1.             Communication
Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah dari  pendidiknya.
2.             Collaboration
Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif berbeda. Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat, menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain, memaklumi kerancuan.
3.             Critical Thinking and Problem Solving
Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antara sistem. Peserta didik juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta didik juga memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah.
4.             Creativity and Innovation
Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
         Selain pendekatan pembelajaran, peserta didik pun harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi khususnya komputer.
          Literasi ICT adalah suatu kemampuan untuk menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran untuk mencapai kecakapan berpikir dan belajar peserta didik. Kegiatan-kegiatan yang harus disiapkan oleh pendidik adalah kegiatan yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menggunakan teknologi komputer untuk melatih keterampilan berpikir kritisnya dalam memecahkan masalah melalui kolaborasi dan komunikasi dengan teman sejawat, guru-guru, ahli atau orang lain yang memiliki minat yang sama.
          Aspek lain yang tidak kalau pentingnya adalah assessmen. Pendidik harus mampu merancang sistem assessmen yang bersifat kontinyu - ongoing assessmen - sejak peserta didik melakukan kegiatan, sedang dan setelah selesai melaksanakan kegiatannya. Assessmen bisa diberikan diantara peserta didik sebagai feedback, oleh pendidik dengan rubric yang telah disiapkan atau berdasarkan kinerja serta produk yang mereka hasilkan.
          Untuk mencapai tujuan di atas, pendekatan pembelajaran yang cukup menantang bagi pendidik adalah pendekatan pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning atau PBL).
          Di dalam mengembangkan PBL, pendidik dituntut untuk menyiapkan unit plan, sebagai portfolio guru dalam proses pembelajarannya. Di dalam unit plan, pendidik harus mengarahkan rencana proyeknya dalam sebuah Kerangka Pertanyaan berdasarkan SK/KD yang ada dalam kurikulum. CFQ atau Curriculum frame Question adalah sebagai alat untuk mengarahkan peserta didik dalam mengerjakan proyeknya, sehingga sesuai dengan tujuan yang telah direncakan.
          Pendidik harus menyiapkan materi-materi pendukung untuk kelancaran proyek peserta didik, demikian pula peserta didik harus mampu membuat contoh-contoh hasil tugasnya untuk ditampilkan atau dipresentasikan di depan temannya. Pada saat presentasi hasil proyeknya peserta didik mendapat kesempatan untuk melakukan assessmen terhadap temannya - peer assessmen, memberikan feedback pada hasil kerjanya.
          Dalam rencana pelajaran pendidik pun harus memberikan kesempatan pada peserta didik untuk melaporkan hasil proyeknya dalam berbagai bentuk, bisa dalam bentuk blog, wiki, poster, newsletter atau laporan. Kegiatan yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau high order thinking harus dirancang dalam rencana pelajaran pendidik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan analisis, sintesis dan evaluasi melalui proyek yang mereka kerjakan.
          PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa/peserta didik yang diyakini para ahli mampu menyiapkan peserta didik kita untuk menghadapi dunia kerja di abad ke-21.
          Menurut para ahli, project-based learning merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa/peserta didik yang mampu mengembangkan semua kecakapan di atas. Hal ini dikarenakan PBL memiliki karakteristik sebagai berikut:
            Peserta didik menjadi pusat atau sebagai obyek yang secara aktif belajar pada proses pembelajaran.
            Proyek-proyek yang direncanakan terfokus pada tujuan pembelajaran yang sudah digariskan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam kurikulum.
            Proyek dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan sebagai kerangka dari kurikulum (curriculum-framing question).
            Proyek melibatkan berbagai jenis dan bentuk assessmen yang dilakukan secara kontinyu (ongoing assessmen).
            Proyek berhubungan langsung dengan dunia kehidupan nyata.
            Peserta didik menunjukkan pengetahuannya melalui produk atau kinerjanya.
            Teknologi mendukung dan meningkatkan proses belajar peserta didik.
            Keterampilan berpikir terintegrasi dalam proyek.
            Strategi pembelajarn bervariasi karena untuk mendukung oleh berbagai tipe belajar yang dimiliki oleh siswa (multiple learning style).
Selanjutnya sebagai seorang pendidik, harus mampu mengatur dan mendesain pembelajaran agar peserta didik memiliki kemampuan di abad 21 ini. Dengan demikian peran pendidik di abad 21, yaitu:
1.        Pendidik sebagai fasilitator,
2.        Pendidik sebagai pembimbing,
3.        Pendidik sebagai konsultan,
4.        Pendidik sebagai motivator,
5.        Pendidik sebagai monitor (memonitor aktivitas siswa),
6.        Pendidik sebagai kawan belajar bagi peserta didik.








4.     Kemampuan Berpikir mengarah pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (Berpikir Kritis, Kreatif dan Pemecahan masalah)


            Matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur ; Matematika adalah sarana berpikir dan metode berpikir logis ; Matematika ( Johnson dan Rising,1972) pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian logik ; Matematika (James,1976) adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.
Dari beberapa definisi yang telah diterangkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa matematika ilmu yang melatih kemampuan berpikir analitik, kritis, memecahkan masalah. Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstrak).
Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses yang melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran. Kemampuan berpikir kritis merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan. Liliasari (2000) dan Krulik dan Rudnick (1999) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis ini mengaktifkan kemampuan melakukan analisis dan evaluasi bukti, identifikasi pertanyaan, kesimpulan logis, memahami implikasi argumen (Friedrichsen, 2001)
Arends (2004), Ibrahim dan Nur (2000) menjelaskan mengenai berpikir tinggi sebagai berikut: 1) Tidak algoritmik, alur tindakan tidak dapat ditetapkan sebelumnya, 2) cenderung ke arah yang kompleks, sehingga keseluruhan alurnya tidak dapat diamati dari satu sudut pandang, 3) seringkali menghasilkan banyak solusi, masing-masing dengan keuntungan dan kerugian dibandingkan hanya dengan solusi tunggal, 4) melibatkan pertimbangan dan interpretasi, 5) melibatkan pengaturan diri tentang proses berpikir, 6) merupakan sebuah kerja keras, ada pergerakan mental yang besar saat melakukan berbagai jenis elaborasi dan pertimbangan yang dibutuhkan.
Sudut pandang berpikir kritis disampaikan oleh Eggen dan Kauchak (1996) bahwa berpikir kritis adalah: 1) sebuah keinginan untuk mendapatkan informasi, 2) sebuah kecenderungan untuk mencari bukti, 3) keinginan untuk mengetahui kedua sisi dari seluruh permasalahan, 4) sikap dari keterbukaan pikiran, 5) kecenderungan untuk tidak mengeluarkan pendapat (menyatakan penilaian), 7) menghargai pendapat orang lain, 8) toleran terhadap keambiguan.
Keterkaitan berpikir kritis dalam pembelajaran adalah perlunya mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah berhenti belajar. Penting bagi siswa untuk menjadi seorang pemikir mandiri sejalan dengan meningkatnya jenis pekerjaan di masa yang akan datang yang membutuhkan para pekerja handal yang memiliki kemampuan berpikir kritis.
Keterampilan Berfikir Kreatif
Menurut Harriman, berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha
menciptakan gagasan yang baru. Berpikir kreatif dapat juga diartikan
sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide
atau gagasan yang baru. Halpern menjelaskan bahwa berpikir kreatif sering pula
disebut berpikir divergen, artinya adalah memberikan bermacam-macam
kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang sama. Pehkonen (1997) memandang
berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen
yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran. Munandar (1999)
menjelaskan berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban. Pengertian ini menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif seseorang makin tinggi, jika ia mampu menunjukkan
banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah. Wijaya juga menjelaskan
bahwa berpikir kreatif adalah kegiatan menciptakan model-model tertentu, dengan
maksud untuk menambah agar lebih kaya dan menciptakan yang baru.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat
diartikan yaitu berpikir secara logis dan divergen untuk menghasilkan sesuatu
yang baru.

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
              Dalam belajar matematis, pada umumnya yang diangggap masalah bukanlah soal yang biasa dijumpai siswa. Soal-soal latihan di buku teks, atau soal-soal yang sering dilatihkan oleh para guru, sebagian besar mungkin bukan masalah bagi siswa. Suatu soal tidak akan menjadi masalah bagi siswa jika soal tersebut tidak menimbulkan minat siswa untuk mengerjakannya, atau tidak menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam mengerjakannya
Pemecahan masalah adalah proses yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.Mayer (dalam Kirlley, 2003) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai suatu proses yang terdiri banyak langkah untuk menyelesaikan suatu masalah, dengan seseorang yang menjadi problem solvernya terlebih dahulu harus menemukan hubungan antara pengalaman (skema) masa lalunya dengan masalah yang sekarang dihadapinya dan kemudian bertindak untuk menyelesaikannya.
            Banyak ahli yang menyatakan pentingnya belajar pemecahan masalah dalam matematika.Penyelesaian masalah secara matematis dapat membantu para siswa meningkatkan daya analitis mereka dan menolong mereka dalam menerapkan daya mereka tersebut pada bermacam-macam situasi.satu tujuan belajar matematika bagi siswa adalah agar ia mempunyai kemampuan dalam memecahkan masalah atau soal-soal matematika, sebagai sarana baginya untuk mengasah penalaran yang cermat, logis, kritis, dan kreatif. Romberg (dalam Schoenfeld, 1994) menyebutkan 5 tujuan belajar matematika bagi siswa, yaitu: (1) belajar nilai tentang matematika; (2) menjadi percaya diri dengan kemampuannya sendiri; (3) menjadi pemecah masalah matematika; (4) belajar berkomunikasi secara matematis; dan (5) belajar untuk bernalar secara matematis.














Daftar Pustaka

Hariyanto, Guntir.2009.  http://gunturhariyanto.blogspot.co.id/2009/03/perkembangan-abad-21-  kondisi-lingkungan.html. Diakses pada 12 sept 2016. Pukul 11:58.
Laksamana, Brimy. 2014. http://edukasi101.com/innovated-pembelajaran-abad-ke-21-dan-transformasi-pendidikan/. Diakses pada 12 sept 2016. Pukul 15:08
Kompasiana.2011.  http://www.kompasiana.com/bona/sekolah-abad-21_5500bef7a333113e095105ec. Diakses pada 12 sept 2016. Pukul 15:08
Diakses pada 12 sept 15:07