Tantangan Kurikulum dan Pembelajaran di Abad 21
Untuk memenuhi tugas
mata kuliah
“Kurikulum dan
Pembelajaran Matematika”
DISUSUN OLEH :
1.
Rizky
Diah Pratiwi
2.
Rosari
Indah Safitri
3.
Selly
Dian Utami Sitio
4.
Upika
Rizkie
5.
Yurika
Mariani
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Elly Susanti,
S.Pd., M.Pd.
PENDIDIKAN
MATEMATIKA
PRODI
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
Daftar Isi
Tantangan Kurikulum dan Pembelajaran di Abad 21
LATAR BELAKANG
Kondisi
dunia sekarang dan perkiraan di Abad ke -21
Prof. Michio Kaku, pengarang buku “Physics Of The Future” dan seorang pengajar di City University of
New York, menjelaskan dalam bukunya mengenai apa yang kira-kira akan terjadi di
penghujung abad 21 yaitu antara lain:
A. Prosesor
komputer akan di semua benda di sekeliling kita (baju, meja, cermin, tempat
tidur, tas, kaca mata dll) bahkan bisa ditaruh di dalam tubuh manusia, semua
perangkat itu akan terhubung dengan internet sehingga bisa berkomunikasi satu
dengan yang lainnya. Dengan kondisi itu maka akan ada kendaraan tanpa supir,
lingkungan virtual, hologram, dan kita bisa menggerakkan sesuatu dengan hanya
berpikir.
B. Robot akan
menjadi bagian dari kehidupan manusia dimana mereka akan banyak melakukan kerja
untuk menggantikan tugas manusia.
C. Peta tubuh
manusia sudah dapat digambarkan (DNA, Kromosom, Gen) sehingga manusia bisa
lebih panjang umur dan menghadapi segala penyakit yang ada.
D. Kendaraan
sudah tidak menyentuh darat, semua melayang dan tidak menggunakan bahan bakar
cair lagi. Perjalanan ke bulan dan planet lain sudah dapat dilakukan.
Dikutip dari
artikel guntur tri hariyanto, Perkembangan
kondisi lingkungan tempat kita hidup saat ini boleh dikatakan perubahannya
berada dalam kondisi yang memusingkan bagi organisasi-organisasi. Hadirnya
teknologi-teknologi baru, krisis lingkungan dan ekonomi, terintegrasinya pasar,
dan ketidakstabilan sosial dan politik, menghadirkan kesempatan dan ancaman
bagi organisasi-organisasi. Aturan-aturan tradisional yang sebelumnya berlaku
dalam organisasi-organsisasi, saat ini semakin bergeser menuju keusangan.
Teknologi-teknologi baru dalam
bidang informasi dan komunikasi secara dramatis semakin cepat perkembangannya,
demikian juga kekuatan komunikasi semakin powerful dan semakin murah
pula harganya. Terintegrasinya pasar-pasar di seluruh dunia membuat semakin
terkikisnya kekuatan kebijakan nasional negara-negara yang kemudian bergeser
kepada peraturan-peraturan trans-nasional yang akan mengatur jalannya
pasar-pasar global.
Banyak sekali perubahan yang telah
dan sedang terjadi dalam abad 21 ini, dimana perubahan ini terjadi secara
global dan juga mendasar. Hal tersebut memberikan kondisi yang
ketidakseimbangan bagi banyak organisasi di dunia ini. Bagi organisasi jangan
berharap banyak dapat setelah mencapai tingkat keseimbangan kembali menjadi
berpuas diri, karena abad ini memiliki karakter perubahan yang semakin lama
semakin cepat, sehingga ketika suatu organisasi telah mencapai kondisi yang
diinginkan dari perubahan sebelumnya, perubahan baru telah terjadi dan semakin
cepat lajunya.
Dikutip dari Kompasiana, Revolusi yang terjadi di bidang informasi
dengan hadirnya Internet dan telpon seluler telah membawa perubahan yang luar
biasa pada berbagai bidang kehidupan termasuk pendidikan. Revolusi ini
melahirkan suatu era baru yang dikenal sebagai era digital.
Marc Prensky (2001) menyebut
generasi yang lahir pada era digital ini sebagai digital native, sementara yang
lahir pada generasi sebelumnya namun akrab dengan teknologi digital disebut
digital immigrant. Menurut Prensky, generasi digital native adalah mereka yang
sejak lahir telah dilingkupi oleh berbagai macam peralatan digital seperti
komputer, videogame, digital music player, kamera video, telpon seluler serta
berbagai macam boneka dan perangkat yang khas era digital. Mereka sangat fasih
dengan bahasa teknologi digital dan Internet.
Alasan untuk
Mempersiapkan Kurikulum dan Pembelajaran Abad 21
Hasil Study Bank
Dunia Tahun 2005 menyatakan bahwa faktor yang menentuan keunggulan suatu negara
adalah kemampuan berinovasi dn berkontribui (45%), faktor keuggulan lainya
adalah networking(25%), teknologi(20%), kekayaan SDA(10%).
Dalm Website
partnership for century skillyang menyatakan bahwa suatu pendidikan tidak akan
relevan jika tidak menjembatani jurang antara realita kehidupan yang akan
dihadapi di abad ke21 dengan sistem pendidikan.
Lalu pertanyaannya adalah sekolah
seperti apakah yang diperlukan untuk dunia pendidikan abad 21? Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa sesuai dengan lingkungan pertumbuhan anak-anak era
digital dan tuntutan dunia kerja di masa depan yang akan sangat berbeda dengan
yang sekarang ada, maka sekolah abad 21 harus menyertakan dan memperhitungkan
keahlian-keahlian abad 21 di dalam kurikulumnya demi memenuhi harapan dan
kebutuhan para siswa era digital ini. Secara umum, keahlian yang harus dikuasai
dan dimiliki oleh siswa era digital adalah keahlian di bidang informasi dan
komunikasi, keahlian berpikir dan memecahkan masalah, keahlian interpersonal
dan pengarahan diri (self- directional). Keahlian-keahlian ini sejatinya telah
tercakup dalam kurikulum standar dunia pendidikan dewasa ini, namun dalam abad
21, keahlian- keahlian ini semakin jauh berkembang (meluas) dari yang ada di
masa lalu.
1) Pendidikan Kecakapan Hidup dan tantangan kurikulum dan pembelajaran Abad 21
A. Kecakapan Hidup
Pendidikan
adalah proses realisasi diri dimana seorang individu merealisasikan dan
mengembangkan semua potensinya. Pendidikan dapat berlangsung di setiap saat dan
di segala tempat. Setiap orang baik anak-anak maupun orang dewasa mengalami
proses pendidikan lewat apa yang dijumpai atau apa yang dikerjakan.Pendidikan
bila dikaitkan dengan pembahasan kecakapan hidup (lifeskills) difokuskan
pada sekolah dan sistem persekolahan, berangkat dari universalisasi yang terus
meluas dan meningkat. Kecakapan hidup, terutama kecakapan hidup sehari-hari (day
to day life skills) semakin dirasakan pentingnya bagi kehidupan personal
dan kolektif yang sering kali berhadapan dengan fenomena kehidupan dengan
berbagai persoalan di tingkat pribadi,lokal, nasional, regional dan global.
Secara harfiah
kata “skills” dapat diterjemahkan dengan“ketrampilan” namun dalam
konteks ini maknanya menjadi terlalu sempit atau konsepnya kurang luas dari
makna yang sebenarnya. Oleh karena itu kata yang dipandang lebih memadai untuk
menerjemahkan kata skills dalam konteks ini adalah “kecakapan”. Pendidikan
kecakapan hidup atau life skills menurut tim broadbased education Depdiknas
(2002) adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mau dan berani
menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan,
kemudian secara pro aktifdan kreatif dapat mencari serta menemukan solusi untuk
mengatasinya.Konsep tentang life skills merupakan salah satu fokus analisis
didalam pengembangan kurikulum pendidikan yang lebih mengedepankan pada
kecakapan untuk hidup atau bekerja.
Upaya peningkatan mutu pendidikan
telah lama dilakukan dalam setiap GBHN dan Repelita selalu tercantum bahwa
peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di
bidang pendidikan. Berbagai program dan inovasi pendidikan juga telah
dilaksanakan antara lain: tentang penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku,
peningkatan kualitas tenaga kependidikan, melalui berbagai pendidikan dan
pelatihan, peningkatan kualitas manajemen serta pengadaan fasilitas lainnya.Berbagai
indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan kita masih belum meningkat; bahwa
NEM SD sampai SMU relatif masih rendah dan
lulusan SMK
belum memiliki kesiapan kerja. Dari dunia usaha atau industri muncul keluhan
bahwa lulusan yang memasuki dunia kerja belum memiliki kesiapan kerja yang
baik.
Salah satu konsep yang sangat
sentral dari program pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan diharapkan
mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul karena itu pendidikan harus
dapat mensinergikan berbagai pelajaran menjadi sebuah kecakapan atau keterampilan
hidup dengan harapan bahwa para lulusan itu nantinya akan mampu memecahkan
masalah-masalah yang sedang dan akan ia hadapi. Konsep dasar life skills di
sekolah merupakan sebuah wacanapembangunan kurikulum yang telah lama menjadi
perhatian para pakarkurikulum. Peran life skills dalam sistem sekolah
merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan kurikulum pendidikan
yaitu yang lebih menekankan pada kecakapan hidup atau bekerja untuk
mewujudkannya perlu penerapan prinsip pendidikan berbasis luas, yang memiliki
titik tekan pada
“learning how
to learn”.
Departemen pendidikan Nasional
membagi pendidikan kecakapan hidup menjadi empat jenis, yaitu:
1.Kecakapan
personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self
awareness) dan kecakapan berfikir rasional (thinking skills)
Kecakapan
mengenal diri sendiri (self awareness) atau kecakapan personal
(personal
skills) yang meliputi:
a.Penghayatan
diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggotamasyarakat dan warga
negara.
b.Menyadari dan
mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekaligus
menjadikannya
sebagai model dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang
bermanfaat bagi
dirinya sendiri dan lingkungannya.
Kecakapan
berfikir rasional (thinking skills) mencakup konsep yang
meliputi:
a.Kecakapan
untuk menggali dan menemukan informasi (informationsearching)
b.Kecakapan
mengolah informasi dan mengambil keputusan(information processing and
decision
making skills) serta
c. Kecakapan
untuk dapat memecahkan masalah secara kreatif (creativeproblem solving
skills).
2. Kecakapan
sosial atau kecakapan interpersonal (social skills) mencakup:
a. Kecakapan
untuk dapat berkomunikasi dengan empati(communication)
b. Kecakapan
untuk bisa bekerja sama (collaboration skills)
3. Kecakapan
akademik (academic skills) sering kali disebut juga dengan kemampuan
untuk berpikir ilmiah. Pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan
berpikir rasional yang masih bersifat umum, karena kecakapan akademik sudah
lebih mengarah kepada kegiatan
yang bersifat
akademik atau keilmuan. Kecakapan akademik mencakup antara lain:
a. Kecakapan
untuk melakukan identifikasi variabel dan menjelaskanhubungannya pada suatu
fenomena
tertentu (identifying variable anddescribing relationship among then)
b. Merumuskan
hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian (constructing hypotheses)
c. Serta
merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikansuatu gagasan atau
keingintahuan (designing
and implement tingresearch).
4. Kecakapan
vokasional (vocational skills) yang sering disebut juga dengan kecakapan
kejuruan yang artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu
yang terdapat di masyarakat.Hal tersbut sesuai dengan penjelasan dari UUSPN No.
20 Tahun 2003 pasal 15 yg berbunyipendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi
yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian
terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana. Pada kecakapan ini
tidak mencakup berbagai bagian seperti dalam kecakapan mengenal diri sendiri,kecakapan
sosial dan kecakapan akademik, tetapi lebih pada kekuatan danpotensi
pengembangan kecakapan vokasional yang terletak pada hubunganberlangsungnya
proses pengembangan atau pembekalan dan peluang daya serap lulusan (kebutuhan
pasar).
2. Tujuan dan
Fungsi pendidikan kecakapan hidup (life skills)
Secara umum
tujuan pendidikan kecakapan hidup yaitu untukmemfungsikan pendidikan sesuai
dengan fitrahnya yaitu untuk mengembangkan potensi manusiawi (peserta didik)
untuk menghadapi peranannya di masa yang akan datang.
Tujuan dari
orientasi pengembangan life skills adalah untuk memberikan pengalaman belajar
yang berarti bagi peserta didik yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan di dalam
kehidupan sehari-hari.Jadi lebih menekankan pada proses sosial, fungsi sosial
serta masalah kehidupan.
Adapun tujuan
pendidikan kecakapan hidup secara khusus adalah :
1) Dapat
mengaktualisasikan potensi dari peserta didik sehingga dapat digunakan untuk
memecahkan
problema-problema yang sedang dihadapi.
2) Memberikan
kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkanpembelajaran yang
fleksibel,
sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas (broad based education)
3)
Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah,dengan memberi
peluang
pemanfaatan sumber
daya yang ada dimasyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah
Selanjutnya
fungsi-fungsi dari pendidikan kecakapan hidup yang
masih bersifat
umum yaitu :
1) Dapat
berperan aktif di dalam mengembangkan kehidupan sebagaipribadi.
2) Mengembangkan
kehidupan untuk masyarakat.
3) Dapat
mengembangkan kehidupan untuk berbangsa dan bernegara.
4) Bisa
mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan yanglebih tinggi.
B. Tantangan kurikulum Abad 21 dan Tantangan Profesionialitas Siswa dan Guru
1. Tantangan Kurikulum Abad 21
Kurikulum dan
Pembelajaran Abad 21
Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah
pengajaran. Secara sederhana pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan
oleh seorang pendidik untuk membelajarkan peserta didik yang belajar. Pada
pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan
kepada pendidik, karena pendidik merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan
untuk mengajar.
Penyelenggaraan pendidikan nasional sesuai dengan amanat Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional “harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional
dan global”. Dinyatakan pada pasal 36 ayat 3 bahwa kurikulum disusun sesuai
dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan memperhatikan; tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, serta dinamika perkembangan global.
Pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Oleh karena
itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik
untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni.
Namun, Abad ke-21 adalah abad yang sangat berbeda
dengan abad-abad sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa
disegala bidang.pada abad ini, terutama bidang Information and Communication
Technology (ICT) yang serba sophisticated membuat dunia ini semakin
sempit.Karena kecanggihan teknologi ICT ini beragam informasi dari
berbagai sudut dunia mampu diakses dengan instant dan cepat oleh siapapun
dan dari manapun. Komunikasi antar personal dapat dilakukan dengan mudah, murah
kapan saja dan di mana saja.
Namun demikian, pada abad ke-21 ini
permasalahan yang dihadapi manusia semakin complicated dan ruwet, salah satunya
adalah kesenjangan mutu pendidikan antar kawasan dan lain sebagainya. Setiap
masalah tersebut membutuhkan pemecahan yang harus dilakukan masyarakat
secara bersama sama (collaboration). Kompleksitas permasalahan pada abad
ini juga terletak pada tidak berdayanya manusia mencari sumber dan penyebab
permasalahannya secara tepat dan cepat. Di samping itu juga kapan timbulnya
permasalahan sering tidak mampu diprediksi (unpredictable) dan tidak
terduga sebelumnya. Pada akhirnya banyak permasalahan masyarakat tidak mampu
diselesaikan secara efektif dan efisien.
Mulai
dari kemajuan Information and Communication Technology dan beragam
dampak positif negatifnya, semakin kompleksnya permasalahan manusia, dan kita
berada pada era kompetitif yang semakin ketat pada abad ke-21 ini,
dibutuhkanlah persiapan yang matang dan mantap baik konsep maupun aplikasinya
untuk membentuk sumber daya manusia (human resources) yang unggul. Dan
yang paling bertanggung jawab dalam menyiapkan sumber daya manusia yang unggul
adalah lembaga-lembaga pendidikan di mana guru sebagai unsur yang berperan
paling dominan dan menentukan .Hal inilah yang membuat guru memikul tanggung
jawab yang tidak ringan dalam upaya peningkatan sumber daya manusia.
Guru merupakan profesi tertua di dunia seumur dengan
keberadaan manusia. Apabila melihat kehidupan masyarakat yang semakin
terdiferensial dan ketika semua orang mempunyai banyak pilihan sebagai ladang
kehidupannya, maka citra profesi guru kian merosot didalam kehidupan sosial.
Apalagi masyarakat makin lama makin terarah kepada kehidupan materialistis,
sehingga suatu profesi dinilai sesuai nilai materinya. Oleh sebab itu tidak
heran bila profesi guru termarjinalkan dan menjadi pilihan terakhir.
Fenomena tersingkirnya profesi guru
dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu gejala global. Bukan saja di
negara-negara maju citra profesi guru semakin menurun namun juga terjadi di
negara miskin dan berkembang. Namun demikian, tak ada golongan masyarakat yang
tidak membutuhkan profesi guru. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat tanpa
profesi guru tidak mungkin tercipta suatu generasi unggul, kreatif dan cerdas.
Ironi yang terjadi, begitu besarnya jasa guru dalam membangun masyarakat bangsa
namun penghargaan yang diberikan rendah. Sehingga tidak mengherankan bila para
pakar berpendapat bahwa profesi guru merupakan “Most thankless profession in
the world ”.
Secara konseptual guru sebagai tenaga profesional
harus memenuhi berbagai persyaratan kompetensi untuk menjalankan tugas dan
kewenangannya secara profesional, sementara kondisi riil di lapangan masih
sangat memprihatinkan, baik secara kuantitas, kualitas maupun profesionalitas
guru. Persoalan ini masih ditambah adanya berbagai tantangan ke depan yang
masih kompleks di era global ini.
Secara umum, sebagaimana diungkapkan
oleh Tilaar (1995), pada masa Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II, masyarakat
tidak dapat lagi menerima guru yang tidak profesional. Hal ini sesuai dengan
rekomendasi UNESCO, yang ditekankan pada tiga tuntutan yaitu:
Guru harus dianggap sebagai pekerja
profesional yang memberi layanan kepada masyarakat.
Guru dipersyaratkan menguasai ilmu dan keterampilan
spesialis
Ilmu dan keterampilan tersebut diperoleh dari
pendidikan yang mendalam dan berkelanjutan.
Bertitik tolak dari rekomendasi tersebut serta profil
guru pada saat ini, seharusnya guru pada abad 21 benar-benar merupakan guru
yang profesional, agar mampu menghadapi tantangan abad 21. Untuk itu,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial, serta
kompetensi pedagogik seorang guru perlu dikembangkan sehingga mampu mendidik
siswa yang mempunyai kemampuan memprediksi dan menanggulangi.
Di sisi lain, tugas-tugas guru yang
bersifat profesional harus ditunjang oleh sistem penghargaan yang sesuai,
sehingga guru mampu memfokuskan diri pada peningkatan kualitas layanan yang
diberikan. Hal ini sejalan dengan kriteria pekerjaan profesional yang
menyebutkan bahwa guru berhak mendapat imbalan yang layak, bukan hanya dalam
bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk penghargaan, hormat, dan rasa segan
masyarakat terhadap guru.
Materi pembelajaran yang diajarkan
pada abad 21 perlu dilengkapi dengan contoh-contoh yang relevan dari dunia abad
21; siswa harus mampu melihat keterkaitan antara apa yang mereka pelajari
dengan kenyataan yang mereka lihat pada lingkungan di sekitar mereka. Siswa
mesti mendapatkan dan menggunakan perangkat atau piranti-piranti yang mereka
perlukan yang dapat menggambarkan lingkungan pekerjaan yang nyata agar mereka
mendapatkan keahlian-keahlian yang diperlukan pada level yang tinggi
sebagaimana yang diharapkan dari mereka untuk menghadapi tantangan abad 21
(Barriors: 8).
Untuk itu maka, sekolah abad 21
harus mengintegrasikan teknologi (laptop, notebook, ipad, smartboard, termasuk
internet) ke dalam seluruh proses pembelajarannya. Sekolah abad 21 harus
menyediakan suatu lingkungan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan sikap ingin tahunya, mengajarkan ketrampilan-ketrampilan yang
bermanfaat untuk kehidupan siswa di masa depan dan memungkinkan mereka untuk
mempraktekan kemampuan untuk bekerja secara kolaboratif di dalam tim untuk
mencari tahu, memecahkan masalah, membuat dan mengkomunikasikan hasil pekerjaan
mereka melalui wadah dan bentuk yang paling sesuai dengan kondisi dan kapasitas
anak abad 21 yang digital-based. Oleh karena itu, maka, model pembelajaran yang
paling sesuai untuk sekolah abad 21 adalah pembelajar berbasis laptop.
Pembelajaran
berbasis laptop artinya laptop digunakan sebagai media utama pembelajaran. Agar
penggunaannya maksimal, maka perlu ditunjang dengan ketersediaan jaringan
internet yang memadai di sekolah. Pembelajaran berbasis laptop yang
terintegrasi jaringan internet menuntut penyesuaian peran guru di dalam seluruh
proses pembelajaran. Peran guru pada sekolah abad 21 beralih dari menjadi
sumber informasi tunggal ke pendamping atau mentor bagi para siswa. Namun
mereka tetap diharapkan menjadi model dan pendorong bagi para siswanya dalam
mencari dan menguasai ilmu pengetahuan. Itu berarti guru dituntut untuk semakin
aktif dan kreatif, menjadi contoh hidup bagi para siswa bagaimana seharusnya
menjadi pembelajar lalu kemudian menjadi manusia berilmu itu.
2. Tantangan Profesionalitas Siswa dan Guru
Sesuai
dengan Undang-undang, guru dan dosen harus mempunyai berbagai kompetensi,
diantaranya adalah kompetensi pedagogik, kompetensi akademik, kompetensi
sosial, dan kompetensi kepribadian. Disamping empat kompetensi tersebut, dalam
membantu para siswa beradaptasi terhadap perubahan sosial dan teknologi di abad
ke 21 ini guru juga harus mempunyai kecakapan utama yang yang meliputi:
a. Akuntabilitas dan Kemampuan
Beradaptasi
Sebagai seseorang yang dapat ditiru,
apapun yang dikerjakan dan diucapkan harus dapat dipercaya oleh orang lain.
Dalam menjalankan tanggung jawab pribadi mempunyai fleksibilitas secara
pribadi, pada tempat kerja, maupun dalam hubungan dengan masyarakat sekitarnya.
Disamping itu guru harus mampu menetapkan dalam mencapai standar dan tujuan
yang tinggi baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, dan yang tidak
kalah npentingnya guru juga harus mampu memaklumi kerancuan yang dilakukan oleh
anak didiknya.
b. Kecakapan Berkomunikasi
Kecakapan yang kedua ini sangat
penting bagi guru. Betapapun pintarnya seorang guru jika tidak mempunyai
kecakapan ini maka tidak akan mampu mentransfer ilmu kepada anak didiknya.
Kecakapan ini meliputi : memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang
efektif dalam berbagai bentuk dan isi baik secara lisan, tulisan, maupun
menggunakan multimedia.
c. Kreatifitas dan Keingintahuan
Intelektual
Selama ini pembelajaran yang
dilakukan guru berlangsung monoton. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya
kreatifitas dan keingintahuan intelektual guru. Dia mengajar hanya bermodalkan
teori keguruan yang ia peroleh sekian puluh tahun yang lalu. Kecakapan
kreatifitas dan keingintahuan intelektual tersebut mencakup : mengembangkan,
melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap
terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
d. Berpikir Kritis dan Berpikir
dalam Sistem
Kecakapan berpikir kritis merupakan
proses berpikir dan bertindak berdasarkan fakta yang telah ada, apapun yang
akan dilakukan dimulai dari identifikasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang
akan timbul dari suatu perbuatan tersebut, berusaha untuk memberikan penalaran
yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit serta selalu memahami
dan menjalin interkoneksi antara sistem.
e. Kecakapan Melek Informasi dan
Media
Agar proses pembelajaran yang
dilakukan guru di kelas menarik dan menantang, maka di era globalisasi dan
tanpa batas seperti sekarang ini guru harus mampu menganalisa, mengakses,
mengelola, mengintegrasi, mengevaluasi, dan menciptakan informasi dalam
berbagai bentuk dan media.
f. Kecakapan Hubungan AntarPribadi
dan Kerjasama
Sebagai makhluk sosial yang hidup di
tengah-tengah masyarakat, guru juga dituntut harus mampu menunjukkan kerjasama
berkelompok dan kepemimpinan, mampu beradaptasi dalam berbagai peran dan
tanggungjawab, mampu bekerja secara produktif dengan yang lain, mampu
menempatkan empati pada tempatnya, serta mampu menghormati perspektif yang
berbeda dengan pendiriannya.
g. Identifikasi Masalah, Penjabaran,
dan Solusi
Dalam menghadapi masalah sekecil
apapun guru tidak boleh ceroboh dalam menanggapinya. Oleh sebab itu guru
dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam menyusun, mengungkapkan, menganalisa,
dan menyelesaikan masalah dengan baik.
h. Pengarahan Pribadi
Sebagai guru tentu setiap harinya
menghadapi siswa yang perilakunya bermacam-macam. Oleh karena itu guru dituntut
memiliki kemampuan dalam memonitor pemahaman diri dan mempelajari kebutuhan
yang diperlukan dalam pembelajaran, menemukan sumber-sumber belajar yang tepat,
serta mentransfer pembelajaran dari satu bidang ke bidang lainnya.
i. Tanggung Jawab Sosial
Orang tua/masyarakat menyekolahkan
anaknya di suatu sekolah mempunyai harapan agar anaknya berubah, baik dari segi
prilaku maupun kecakapan kompetensinya. Oleh sebab itu sebagai seorang yang
dituntut mempunyai kompetensi sosial, maka tanggung jawab dalam bertindak guru
harus mengutamakan kepentingan masyarakat yang lebih besar, menunjukkan
perilaku etis secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan antar masyarakat.
Setidaknya ada empat yang harus
dimiliki oleh generasi abad 21, yaitu: ways of thingking, ways of working,
tools for working and skills for living in the word. Bagaimana seorang pendidik
harus mendesain pembelajaran yang akan menghantarkan peserta didik memenuhi
kebutuhan abad 21.
Berikut kemampuan abad 21 yang harus
dimiliki peserta didik, yaitu:
1.
Way of thinking, cara berfikir yaitu beberapa kemampuan berfikir yang harus
dikuasai peserta didik untuk menghadapi dunia abad 21. Kemampuan berfikir
tersebut diantaranya: kreatif, berfikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan dan pembelajar.
2.
Ways of working. kemampuan bagaimana mereka harus bekerja dengan dunia yang
global dan dunia digital. beberapa kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
adalah communication and collaboration. Generasi abad 21 harus mampu berkomunikasi
dengan baik, dengan menggunakan berbagai metode dan strategi komunikasi. Juga
harus mampu berkolaborasi dan bekerja sama dengan individu maupun komunitas dan
jaringan. Jaringan komunikasi dan kerjasama ini memamfaatkan berbagai cara,
metode dan strategi berbasis ICT. Bagaimana seseorang harus mampu bekerja
secara bersama dengan kemampuan yang berbeda-beda.
3.
Tools for working. Seseorang harus memiliki dan menguasai alat untuk bekerja.
Penguasaan terhadap Information and communications technology (ICT) and
information literacy merupakan sebuah keharusan. Tanpa ICT dan sumber informasi
yang berbasis segala sumber akan sulit seseorang mengembangkan pekerjaannya.
4.
Skills for living in the world. kemampuan untuk menjalani kehidupan di abad 21,
yaitu: Citizenship, life and career, and personal and social responsibility.
Bagaimana peserta didik harus hidup sebagai warga negara, kehidupan dan karir,
dan tanggung jawab pribadi dan sosial.
2) Keterampilan Melek Teknologi dan Informasi
Guru untuk mengajar
abad ke-21 secara efektif, maka pemerintah harus mengembangkan guru dengan
rencana yang kaya akan strategi pembelajaran, dengan pemahaman yang mendalam
tentang bagaimana pembelajaran terlaksana, kemampuan untuk bekerja secara kolaboratif,
keterampilan yang kuat dalam teknologi dan kemampuan untuk menggunakan
teknologi sebagai alat pembelajaran.
Makna
dari Melek Teknologi dan Informasi
Keterampilan
melek informasi adalah serangkaian kemampuan untuk menyadari kebutuhan
informasi dan kapan informasi dibutuhkan, mengidentifikasi dan menemukan lokasi
informasi yang dibutuhkan, memanfaatkan informasi secara kritis dan etis,
kemudian mengkomunikasikannya secara efektif dan efisien. Keterampilan melek
informasi juga berhubungan dengan kemampuan untuk memecahkan. Siswa yang
mempunyai keterampilan melek informasi adalah siswa yang independent dan
competent, yang dapat beradaptasi dengan perubahan apapun secara
mandiridanfleksibel.
Teknologi Pendidikan
Internasional Association (ITEA) mendefinisikan melek teknologi sebagai
kemampuan untuk "menggunakan, mengelola, menilai dan mengerti
teknologi" (2000/2002/2007, hal. 9). Demikian pula, National Academy of
Engineering (NAE) dan Dewan Riset Nasional menggambarkan melek teknologi yaitu
mencakup "tiga dimensi saling tergantung - pengetahuan, cara berpikir dan
bertindak, serta kemampuan" (Pearson et al, 2002, hal 33..).
Manfaat
mempunyai keteramapilan melek teknologi dan informasi?
Manfaat keterampilan melek teknologi dan informasi adalah dapat membiasakan siswa untuk selalu belajar untuk meneliti sesuatu dengan menggunakan strategi ilmiah, mengajak mereka untuk rajin membaca dan menulis untuk menambah pengetahuan, wawasan, maupun kecerdasan siswa sebagai bekal menuju manusia berkualitas.
Manfaat keterampilan melek teknologi dan informasi adalah dapat membiasakan siswa untuk selalu belajar untuk meneliti sesuatu dengan menggunakan strategi ilmiah, mengajak mereka untuk rajin membaca dan menulis untuk menambah pengetahuan, wawasan, maupun kecerdasan siswa sebagai bekal menuju manusia berkualitas.
3. Pendekatan berbasis Student Center Learning
Pembelajaran yang berpusat pada
siswa/peserta didik memiliki beberapa karakter yang sering di sebut sebagai 4C,
yaitu:
1.
Communication
Pada karakter ini, peserta didik
dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif
dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Peserta
didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya,
baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan
masalah dari pendidiknya.
2.
Collaboration
Pada karakter ini, peserta didik
menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi
dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang
lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif berbeda.
Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab pribadi dan fleksibitas secara
pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat, menetapkan dan mencapai
standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain, memaklumi
kerancuan.
3.
Critical Thinking and Problem Solving
Pada karakter ini, peserta didik
berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat
pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antara sistem. Peserta didik juga
menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta didik juga memiliki
kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan
masalah.
4.
Creativity and Innovation
Pada karakter ini, peserta didik
memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan
gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap
perspektif baru dan berbeda.
Selain
pendekatan pembelajaran, peserta didik pun harus diberi kesempatan untuk
mengembangkan kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi
khususnya komputer.
Literasi ICT adalah suatu kemampuan untuk menggunakan teknologi dalam proses
pembelajaran untuk mencapai kecakapan berpikir dan belajar peserta didik.
Kegiatan-kegiatan yang harus disiapkan oleh pendidik adalah kegiatan yang
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menggunakan teknologi komputer
untuk melatih keterampilan berpikir kritisnya dalam memecahkan masalah melalui
kolaborasi dan komunikasi dengan teman sejawat, guru-guru, ahli atau orang lain
yang memiliki minat yang sama.
Aspek lain yang tidak kalau pentingnya adalah assessmen. Pendidik harus mampu
merancang sistem assessmen yang bersifat kontinyu - ongoing assessmen - sejak
peserta didik melakukan kegiatan, sedang dan setelah selesai melaksanakan
kegiatannya. Assessmen bisa diberikan diantara peserta didik sebagai feedback,
oleh pendidik dengan rubric yang telah disiapkan atau berdasarkan kinerja serta
produk yang mereka hasilkan.
Untuk mencapai tujuan di atas, pendekatan pembelajaran yang cukup menantang
bagi pendidik adalah pendekatan pembelajaran berbasis proyek (Project-based
learning atau PBL).
Di dalam mengembangkan PBL, pendidik dituntut untuk menyiapkan unit plan,
sebagai portfolio guru dalam proses pembelajarannya. Di dalam unit plan,
pendidik harus mengarahkan rencana proyeknya dalam sebuah Kerangka Pertanyaan
berdasarkan SK/KD yang ada dalam kurikulum. CFQ atau Curriculum frame Question
adalah sebagai alat untuk mengarahkan peserta didik dalam mengerjakan
proyeknya, sehingga sesuai dengan tujuan yang telah direncakan.
Pendidik harus menyiapkan materi-materi pendukung untuk kelancaran proyek
peserta didik, demikian pula peserta didik harus mampu membuat contoh-contoh
hasil tugasnya untuk ditampilkan atau dipresentasikan di depan temannya. Pada
saat presentasi hasil proyeknya peserta didik mendapat kesempatan untuk
melakukan assessmen terhadap temannya - peer assessmen, memberikan feedback
pada hasil kerjanya.
Dalam rencana pelajaran pendidik pun harus memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk melaporkan hasil proyeknya dalam berbagai bentuk, bisa dalam bentuk
blog, wiki, poster, newsletter atau laporan. Kegiatan yang memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi atau high order thinking harus dirancang dalam rencana pelajaran
pendidik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan analisis, sintesis
dan evaluasi melalui proyek yang mereka kerjakan.
PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa/peserta
didik yang diyakini para ahli mampu menyiapkan peserta didik kita untuk
menghadapi dunia kerja di abad ke-21.
Menurut para ahli, project-based learning merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa/peserta didik yang mampu mengembangkan
semua kecakapan di atas. Hal ini dikarenakan PBL memiliki karakteristik sebagai
berikut:
Peserta didik menjadi pusat atau sebagai obyek yang secara aktif belajar pada
proses pembelajaran.
Proyek-proyek yang direncanakan terfokus pada tujuan pembelajaran yang sudah
digariskan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam kurikulum.
Proyek dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan sebagai kerangka dari kurikulum
(curriculum-framing question).
Proyek melibatkan berbagai jenis dan bentuk assessmen yang dilakukan secara
kontinyu (ongoing assessmen).
Proyek berhubungan langsung dengan dunia kehidupan nyata.
Peserta didik menunjukkan pengetahuannya melalui produk atau kinerjanya.
Teknologi mendukung dan meningkatkan proses belajar peserta didik.
Keterampilan berpikir terintegrasi dalam proyek.
Strategi pembelajarn bervariasi karena untuk mendukung oleh berbagai tipe
belajar yang dimiliki oleh siswa (multiple learning style).
Selanjutnya sebagai seorang
pendidik, harus mampu mengatur dan mendesain pembelajaran agar peserta didik
memiliki kemampuan di abad 21 ini. Dengan demikian peran pendidik di abad 21,
yaitu:
1.
Pendidik sebagai fasilitator,
2.
Pendidik sebagai pembimbing,
3.
Pendidik sebagai konsultan,
4.
Pendidik sebagai motivator,
5.
Pendidik sebagai monitor (memonitor aktivitas siswa),
6.
Pendidik sebagai kawan belajar bagi peserta didik.
4. Kemampuan Berpikir mengarah pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (Berpikir Kritis, Kreatif dan Pemecahan masalah)
Matematika
adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur ; Matematika adalah
sarana berpikir dan metode berpikir logis ; Matematika ( Johnson dan
Rising,1972) pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian logik ;
Matematika (James,1976) adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,
besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan
jumlah yang banyak yang terbagi kedalam bidang yaitu aljabar, analisis dan
geometri.
Dari beberapa definisi yang telah
diterangkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa matematika ilmu yang melatih
kemampuan berpikir analitik, kritis, memecahkan masalah. Dalam pembelajaran
matematika, para siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui pengalaman
tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek
(abstrak).
Kemampuan
Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah proses yang
melibatkan operasi mental seperti induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran.
Kemampuan
berpikir kritis merupakan proses kognitif untuk memperoleh pengetahuan.
Liliasari (2000) dan Krulik dan Rudnick (1999) menyatakan bahwa kemampuan
berpikir kritis merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis
ini mengaktifkan kemampuan melakukan analisis dan evaluasi bukti, identifikasi
pertanyaan, kesimpulan logis, memahami implikasi argumen (Friedrichsen, 2001)
Arends (2004),
Ibrahim dan Nur (2000) menjelaskan mengenai berpikir tinggi sebagai berikut: 1)
Tidak algoritmik, alur tindakan tidak dapat ditetapkan sebelumnya, 2) cenderung
ke arah yang kompleks, sehingga keseluruhan alurnya tidak dapat diamati dari
satu sudut pandang, 3) seringkali menghasilkan banyak solusi, masing-masing
dengan keuntungan dan kerugian dibandingkan hanya dengan solusi tunggal, 4)
melibatkan pertimbangan dan interpretasi, 5) melibatkan pengaturan diri tentang
proses berpikir, 6) merupakan sebuah kerja keras, ada pergerakan mental yang
besar saat melakukan berbagai jenis elaborasi dan pertimbangan yang dibutuhkan.
Sudut pandang
berpikir kritis disampaikan oleh Eggen dan Kauchak (1996) bahwa berpikir kritis
adalah: 1) sebuah keinginan untuk mendapatkan informasi, 2) sebuah
kecenderungan untuk mencari bukti, 3) keinginan untuk mengetahui kedua sisi
dari seluruh permasalahan, 4) sikap dari keterbukaan pikiran, 5) kecenderungan
untuk tidak mengeluarkan pendapat (menyatakan penilaian), 7) menghargai pendapat
orang lain, 8) toleran terhadap keambiguan.
Keterkaitan berpikir kritis dalam
pembelajaran adalah perlunya mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah
yang tangguh, pembuat keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah berhenti
belajar. Penting bagi siswa untuk menjadi seorang pemikir mandiri sejalan
dengan meningkatnya jenis pekerjaan di masa yang akan datang yang membutuhkan
para pekerja handal yang memiliki kemampuan berpikir kritis.
Keterampilan
Berfikir Kreatif
Menurut Harriman, berpikir
kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha
menciptakan gagasan yang baru. Berpikir kreatif dapat juga diartikan
sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide
atau gagasan yang baru. Halpern menjelaskan bahwa berpikir kreatif sering pula
disebut berpikir divergen, artinya adalah memberikan bermacam-macam
kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang sama. Pehkonen (1997) memandang
berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen
yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran. Munandar (1999)
menjelaskan berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban. Pengertian ini menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif seseorang makin tinggi, jika ia mampu menunjukkan
banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah. Wijaya juga menjelaskan
bahwa berpikir kreatif adalah kegiatan menciptakan model-model tertentu, dengan
maksud untuk menambah agar lebih kaya dan menciptakan yang baru.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat
diartikan yaitu berpikir secara logis dan divergen untuk menghasilkan sesuatu
yang baru.
menciptakan gagasan yang baru. Berpikir kreatif dapat juga diartikan
sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide
atau gagasan yang baru. Halpern menjelaskan bahwa berpikir kreatif sering pula
disebut berpikir divergen, artinya adalah memberikan bermacam-macam
kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang sama. Pehkonen (1997) memandang
berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen
yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran. Munandar (1999)
menjelaskan berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban. Pengertian ini menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif seseorang makin tinggi, jika ia mampu menunjukkan
banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah. Wijaya juga menjelaskan
bahwa berpikir kreatif adalah kegiatan menciptakan model-model tertentu, dengan
maksud untuk menambah agar lebih kaya dan menciptakan yang baru.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat
diartikan yaitu berpikir secara logis dan divergen untuk menghasilkan sesuatu
yang baru.
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Dalam belajar matematis, pada umumnya yang diangggap masalah bukanlah soal yang
biasa dijumpai siswa. Soal-soal latihan di buku teks, atau soal-soal yang
sering dilatihkan oleh para guru, sebagian besar mungkin bukan masalah bagi
siswa. Suatu soal tidak akan menjadi masalah bagi siswa jika soal tersebut
tidak menimbulkan minat siswa untuk mengerjakannya, atau tidak menimbulkan
kesulitan bagi siswa dalam mengerjakannya
Pemecahan
masalah adalah proses yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.Mayer (dalam
Kirlley, 2003) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai suatu proses yang
terdiri banyak langkah untuk menyelesaikan suatu masalah, dengan seseorang yang
menjadi problem solvernya terlebih
dahulu harus menemukan hubungan antara pengalaman (skema) masa lalunya dengan
masalah yang sekarang dihadapinya dan kemudian bertindak untuk
menyelesaikannya.
Banyak ahli yang menyatakan pentingnya belajar pemecahan masalah dalam
matematika.Penyelesaian masalah secara matematis
dapat membantu para siswa meningkatkan daya analitis mereka dan menolong mereka
dalam menerapkan daya mereka tersebut pada bermacam-macam situasi.satu tujuan
belajar matematika bagi siswa adalah agar ia mempunyai kemampuan dalam
memecahkan masalah atau soal-soal matematika, sebagai sarana baginya untuk
mengasah penalaran yang cermat, logis, kritis, dan kreatif. Romberg (dalam
Schoenfeld, 1994) menyebutkan 5 tujuan belajar matematika bagi siswa, yaitu:
(1) belajar nilai tentang matematika; (2) menjadi percaya diri dengan
kemampuannya sendiri; (3) menjadi pemecah masalah matematika; (4) belajar
berkomunikasi secara matematis; dan (5) belajar untuk bernalar secara
matematis.
Daftar Pustaka
Hariyanto, Guntir.2009. http://gunturhariyanto.blogspot.co.id/2009/03/perkembangan-abad-21- kondisi-lingkungan.html. Diakses pada 12 sept 2016. Pukul 11:58.
Laksamana, Brimy. 2014. http://edukasi101.com/innovated-pembelajaran-abad-ke-21-dan-transformasi-pendidikan/. Diakses
pada 12 sept 2016. Pukul 15:08
Kompasiana.2011. http://www.kompasiana.com/bona/sekolah-abad-21_5500bef7a333113e095105ec. Diakses
pada 12 sept 2016. Pukul 15:08
Kahalimah, Inuy.2012. http://inuyzap.blogspot.co.id/2012/02/definisi-melek-teknologi.html
Diakses pada 12 sept 15:07